Page 14 - Al Ashri edisi 46
P. 14
SENI budaya
“ Hai!!” Langsung saja aku mencarikan sirih untuknya.
“Hai!! Hmm.. kamu yang kemarin baru “Videla tunggu sini, ya! Aku ambilkan
datang dari kota ya?” tanyaku. sirih,” ujarku setengah panik.
“ Iya, kenalin nama aku, Videla” ujarnya. Setelah aku mendapatkan sirihnya, aku
“ Ooh, saya Angkasa. Kalau boleh tanya, ada bergegas kembali ke saung untuk memberikan
keperluan apa kamu datang ke desa kami?” sirihnya ke Videla. Lalu dia pakai sirih itu
tanyaku lagi. untuk menyumbat hidung supaya tidak
“Iya, aku sangat senang pergi ke desa ini mengeluarkan darah lebih banyak lagi. Terlihat
terutama ke perkebunan teh karena itu akan di wajahnya, ia sangat menyesal karena
melepaskan kerinduanku pada almarhumah bukuku terkena darahnya.
ibuku. Dulu almarhumah ibuku sangat senang “Tidak apa-apa,” ujarku.
dengan teh apalagi jika pergi ke perkebunan Lalu kami memutuskan untuk pulang ke
teh, makanya itu aku ke sini,” ujarnya dengan rumah masing-masing. Sesampainya di rumah
raut wajah sedih. aku menceritakan semua kejadian tadi ke Abah
“Ehh, hmm maaf ya saya ga bermaksud dan Ambu.
bikin kamu sedih,” ujarku kebingungan. “Jadi kata ayahnya, Videla terkena penyakit
“Eh iya santai aja kali, gak apa-apa kok hehe. kanker dan sudah hampir stadium akhir,” ujar
Oh iya aku ke sini juga karena aku sedang abah.
melakukan field trip bersama ayahku karena “Ya Allah, kasian sekali ya padahal anak
aku homeschooling jadi field tripnya bisanya baik lohh,” ujar ambu.
bareng ayahku saja.” Ketika kami sedang mengobrol tiba-tiba dari
Entah mengapa aku merasa dekat dengan luar terdengar suara ribut. Abah pun
Videla walaupun baru berkenalan. Jarang ada memutuskan untuk keluar rumah dan melihat
anak kota yang baik dan ramah seperti dia apa yang terjadi. Karena penasaran, akhirnya
karena biasanya anak kota yang datang ke desa aku pun ikut keluar rumah. Kulihat
kami sangat sombong dan suka meremehkan s e g e r o m b o l a n w a r g a d e s a s e d a n g
warga desa di sini. Jadi, biasanya anak kota mengerubungi orang kota.
yang seperti itu akan dimusuhi oleh anak-anak “Tidak, kalian tidak bisa menggusur
desa di sini. perkebunan teh di sini!” ujar salah satu bapak-
“Angkasa sebentar lagi Maghrib, aku bapak.
pulang dulu ya pasti ayah khawatir nanti kalau “Bosku akan menggusur tempat ini dan
aku pulang telat,” ujarnya. akan menjadikannya hotel.”
“Eh, iya saya juga mau pulang, besok kalau “Kau tak bisa seenaknya saja menggusur
kamu mau nanti saya antar keliling desa ini.” tempat ini,” ujar Abah.
“Iya terima kasih ya, Angkasa.” “Heh! Kalian ini hanyalah orang miskin
***** yang bodoh, kalian tidak akan bisa berbuat apa-
Keesokan harinya, aku mengantar Videla apa. Pokoknya besok pekerja bosku akan
keliling desa ini. Hampir semua tempat yang menggusur tempat ini,” ujar orang kota itu
ada di desa ini dikunjungi olehnya. Hingga sembari memasuki mobil berplat B.
akhirnya kami berhenti di sebuah saung yang Semua warga desa terlihat kesal dan sedih.
berada di dekat perkebunan teh. Tetapi ya kami bisa apa, memang benar kami
“Angkasa, kamu kenapa selalu bawa buku semua yang ada di desa ini hanyalah orang
dan pulpen sih?” tanya Videla. miskin.
“ Iya, ini untuk menulis puisi.” Kami semua memikirkan bagaimana
“ Boleh aku lihat?” tanyanya lagi. caranya supaya perkebunan teh ini tidak
“ Boleh.” digusur. Aku pun memutuskan untuk kembali
Dia membaca semua puisiku dengan serius. ke rumah, namun tiba-tiba ada seseorang yang
Tetapi, tiba-tiba saja hidungnya mengeluarkan memanggilku. Ternyata yang memanggilku
banyak darah. Kalau kata orang jika ada yang adalah Videla.
mimisan, pakaikan saja sirih di hidungnya. “Angkasa, aku punya ide. Aku sudah
12 Al Ashri edisi 46