Page 61 - Al Ashri 51.cdr
P. 61
OPINI
Label guru sebagai “Pahlawan Tanpa Tanda jangka panjang, mulai dari sistem kurikulum
Jasa” diungkapnya dengan ungkapan “Tugas dan tenaga pendidiknya. “Kalau kita sudah
Anda adalah yang termulia sekaligus yang punya sistem, biasanya bisa berjalan dalam
tersulit. Anda ditugasi untuk membentuk masa waktu panjang, kita tinggal mengevaluasi. Jadi
depan bangsa, tetapi lebih sering diberi aturan tidak hanya sekadar berdasarkan program
dibandingkan dengan pertolongan.” Miris! Ya sesaat, kemudian ganti lagi, ganti lagi,” harap
memang itu yang terjadi. Kemudian bagaimana Endah.
dengan nasib anak didik kita?
Dalam acara Temu Pendidik Nusantara (TPN) 4. Pendidikan melibatkan orang tua
pada Sabtu (26/10/2019) di Sekolah Cikal, Ilmi (31), guru SD MI Unggulan Darussalam
Cilandak, Jakarta, seperti dilansir dari laman di Blitar berharap orang tua juga perlu dibekali
Kompas.com, berikut beberapa harapan dari pengetahuan terkait pendidikan dan juga
guru yang hadir terhadap Mas Menteri Nadiem dilibatkan dalam proses pendidikan. Baginya
saat itu: yang kurang dari pendidikan di Indonesia
adalah pemahaman orang tua siswa. “Saya itu
1. Banyak mendengar, banyak belajar bermimpi bahwa antara guru dan orang tua
“Pendidikan tidak hanya melihat hasilnya, punya visi, misi dan paradigma yang sama agar
karena banyak masalah pendidikan di tidak tumpang tindih,” keluh Ilmi.
Indonesia. Mudah-mudahan dia (Nadiem)
banyak mendengar, banyak belajar, tentang 5. Tidak sekadar berorientasi nilai
masalah-masalah mendasar,” kata Syafi'i (46), Mul, guru 28 tahun, juga berharap sistem
guru sekaligus Kepala Sekolah SD YPPSB, pendidikan tidak terpaku pada nilai dan melihat
Kalimantan Timur. potensi siswa. “Mudah-mudahan kedepannya
lebih melihat dari potensi anak,” harap Mul.
2. Konsistensi kurikulum Menurutnya, orangtua juga harus mengerti
Perubahan sistem dan kurikulum oleh penilaian bukan sekadar angka. Kita tidak dapat
pembuat kebijakan kadang juga dipandang terus berpatokan pada pola asuh lama,
sebagai hal yang menyusahkan para pendidik. sehingga terjadi ketidakseimbangan antara
Apalagi jika kurikulum terus-menerus diganti. cara didik orang tua dan guru.
“Kurikulum yang berubah-ubah, yang sulit dan
bingung itu di lapangan. Sering kali kebijakan 6. Memanfaat kekuatan Nadiem: teknologi
tidak dipikirkan secara teknis di lapangan,” ujar Dengan latar belakang Nadiem di sektor
Syafi'i. Niscaya, kurikulum memang akan terus teknologi diharapkan menjadi kekuatan bagi
berganti menyesuaikan perubahan era. Namun sistem pendidikan baru. “Mudah-mudahan
para guru berharap, ketika membangun sistem, dengan dasar kemampuan beliau dan
dilakukan semacam pilot project atau menguasai teknologi, komunikasi dan jaringan,
eksperimen dahulu pada beberapa titik. Jika mudah-mudahan bisa membawa pendidikan
memang cocok, baru dilanjutkan. itu ke arah komunikasi yang cepat,” ujar
Marsono. Namun Marsono juga berharap
3. Sistem pendidikan berkelanjutan Nadiem tidak meninggalkan sistem pendidikan
“Kurikulum yang sekarang dikaji dulu saja dasar. Seperti kurikulum dan mengutamakan
kekurangan dan kelebihannya. Kalau memang pembangunan karakter.
masih bagus, kenapa harus berubah? Kalo
memang ada kekurangan dibenahi,” tambah 7. Efisiensi soal birokrasi
Marsono. Endah juga berharap, Nadiem Dengan sistem teknologi yang baik pula,
membuat sistem pendidikan yang betul-betul Alkurnia (33), guru SD Negeri Prigi II berharap
Al Ashri edisi 51 59