Page 35 - 52 Al Ashri mts & MA.cdr
P. 35
TERAS literasi
anggota. Mungkin ini jarang, atau bahkan luput dari Jika cara ini dirasa terlalu panjang dan berliku serta
perhatian kebanyakan pengguna sosial media. memakan tempat dan waktu, ya sudah, cantumkan saja
Maka menjadi menggelikan bila dalam sehari lahir tiga sumber dan siapa penulisnya dari setiap tulisan yang
tulisan dari orang yang sama dengan tingkat keterbacaan dibagikan.
yang njomplang sana njomplang sini. Pagi hari lahir sebuah
tulisan dengan kualitas yang membuat mata dan otak Literasi Sepanjang Waktu
capek membacanya. Lalu pada siang hari muncul tulisan SEPERTI halnya belajar, proses literasi seharusnya
baru yang enak dibaca, alurnya runtut mengalir, berjalan sepanjang waktu. Ia tidak boleh berhenti selama
argumentasinya logis, diksinya tepat, kosakatanya juga peradaban masih ada, bahkan dalam proses literasi itu
kaya. Mata dan otak begitu nyaman menikmati tulisan ini. sendiri yang saya istilahkan dengan “literasi dalam literasi”.
Akan tetapi pada sore hari, muncul lagi tulisan baru yang Proses ini penting untuk mendewasakan siapa pun yang
karakternya sama persis dengan tulisan yang dibagikan dekat dengan dunia informasi seperti penulis, pembaca,
pada pagi hari. Pertanyaannya, yang mana dari ketiga bahkan para guru dan pendidik sampai masyarakat umum
produk tulisan itu yang merupakan karya asli dari yang hari ini kunci informasi seolah sedang berada di ujung
penulisnya? jari jemari mereka.
Ada kesenjangan karakter masyarakat dalam menerima
Literasi Mengutip informasi. Bisa jadi karena persoalan urutan waktu
FENOMENA di atas adalah problem literasi, meskipun generasi itu lahir, tumbuh dan berkembang menjadi
bisa diatasi dengan cara yang amat sederhana yaitu dewasa di saat era informasi meledak. Saya kira, generasi
“kejujuran mengutip”. Cantumkan saja sumber yang 'melek informasi' lebih sedikit daripada generasi yang
pengambilan tulisan dan siapa penulisnya. Atau bisa juga 'kaget informasi' pada skala mengakses. Generasi 'melek
dengan memberi label, “copas dari grup WA sebelah”. Cara informasi' biasanya lebih bijak dalam memanfaatkan
ini lebih elegan daripada mengambil mentah-mentah informasi baik menyaring dan menyajikan kembali
tulisan orang dengan menyembunyikan sumber dan informasi pada media yang berbeda. Sedangkan yang
penulisnya. 'kaget informasi' cenderung kurang mengindahkan, yang
Selesai. penting share sebanyak-banyak informasi yang didapat
Atau bila mau sedikit “berkeringat”, lakukan modifikasi. tanpa proses penyaringan dan pemilahan, apalagi
Caranya dengan memahami secara cermat dan utuh pesan mengindahkan etika literasi penulisan.
dalam sebuah tulisan. Lakukan tips ini dengan membaca Generasi 'kaget informasi' ini banyak hidup dan
tulisan itu dua sampai tiga kali sampai pesannya benar- berinteraksi dalam wujud pengguna sosial media. Alih-alih
benar dimengerti. Setelah itu pilih dua cara, pertama ingin mencerahkan orang dengan informasi positif, malah
dengan menulis ulang tanpa mengubah pesan tulisan asli terjebak para perilaku plagiat sebab tidak mengindahkan
tetapi dengan redaksi baru milik sendiri. Atau yang kedua etika mengutip. Belum lagi dengan mengirim konten-
dengan mengganti 75% diksi tulisan asli dengan diksi baru. konten yang kurang patut; misalnya konten-konten yang
Kedua cara ini sebaiknya dikombinasikan dengan berbau unsur-unsur pornografi dan pornoaksi.
memainkan alur atau metode penulisan. Jika tulisan asli Saya menggunakan istilah 'melek informasi' dan 'kaget
menggunakan alur maju, cobalah ganti dengan alur informasi' (ada yang menggunakan istilah 'generasi
mundur atau alur campuran atau metode induktif ke milenial' dan 'generasi kolonial') dalam konteks ini dari
deduktif. Disamping itu, perkaya pesan dengan data-data mengamati, mengikuti, dan berinteraksi pada beberapa
baru yang akan menampilkan pesan menjadi lebih orisinal. grup WA yang saya bergabung di dalamnya. Secara umum,
Cara ini lazim digunakan para penulis profesional kategorinya hanya mengerucut pada dua istilah itu.
sekalipun. Persoalannya hanya pada kecerdikan Biasanya kelompok 'kaget informasi' jauh lebih rajin
mengemas pesan, keterampilan mengolah kalimat, membagikan apapun. Dia lebih eksis dari yang lain, lebih
ketepatan menggunakan diksi, dan kepiawaian cepat jemarinya bergerak, dan biasanya lebih sering
memanfaatkan kekayaan kosakata, ditambah jam terbang memberi komentar. Tidak masalah, asalkan itu masih
menulis yang lebih dari sekadar biasa. Memang harus mengindahkan etika “literasi dalam literasi”. Akan tetapi,
diakui cara ini bukan cara instan, melainkan kemahiran dari justru masalahnya ada di sini.
hasil tekun belajar, rajin berlatih, dan konsisten menulis Salam literasi. Semoga semakin bijak dalam berliterasi.
dalam rentang waktu yang tidak pendek. [Abdul]
33
edisi 52 Al Ashri