Page 31 - Al Ashri edisi 43
P. 31

DINAMIKA



            SYAULIA KARINA

            Penyiar Termuda Radio Mustang





                         adrasah Pembangunan (MP) adalah  pasangan bahagia Bapak Drs. A. Taufiqurrahman S.,
                         madrasah yang berbeda dari madrasah  SH dan Ibu Nunung Mustikawati ini berpandangan
            “Mkebanyakan. MP merupakan madrasah  bahwa pendidikan di Indonesia masih banyak yang
            yang pengelolaannya dilakukan dengan manajemen  tertinggal dari negara lain, misalnya Malaysia. “Salah
            modern dan open minded. Fasilitas pembelajarannya  satu indikatornya, dulu orang Malaysia banyak yang
            telah berkembang dengan baik,” ucap Kak Syuli,  belajar di sini, sekarang orang Indonesia berlomba-
            panggilan Kak Syaulia Karina, alumni MI (1997)  lomba untuk bisa belajar di sana,” tegas istri Aldy
            dan MTs Pembangunan (2000), saat mengawali  Agustriansyah, SH.
            perbincangannya dengan Al Ashri. Kak Syuli, yang   Sebagai alumni MP, Kak Syuli yang juga
            pernah mengenyam pendidikan di MP lebih kurang  alumni SMAN 6 (2003) dan Univ. Moestopo
            selama sembilan tahun, masih menyimpan berbagai  (2008) berpesan untuk sesama alumni MP, “Jaga
            kenangan indah selama menimba ilmu di MP, di  silaturahmi dan tetap ingat sama MP.” Lebih
            antaranya ketika menjadi wartawan cilik (Warcil)  lanjut, pemilik motto hidup “Life is too precious to
            di Harian Republika dan menjadi peserta acara  be wasted” ini mengatakan bahwa seorang alumni
            KURMA di ANTV.                                   akan merasa bangga dengan almamaternya apabila
               Mengapa Kak Syuli begitu sangat terkesan  selama menempuh proses pendidikan di sekolah
            dengan pengalamannya sebagai warcil?  Ternyata,  tersebut mendapatkan didikan dari guru-gurunya
            aktivitas dan prestasi sebagai wartawan cilik  di  sesuatu yang bermakna sebagai bekal hidup dan
            Harian Republika ini menjadi cikal bakal profesi  kehidupan. (Dw. 19)
            yang ditekuninya kini, sebagai penyiar/
            presenter.  Dikatakan  prestasi  karena,  “Untuk
            menjadi warcil di Harian Republika pada
            waktu itu tidak mudah. Dari ratusan yang
            mengajukan lamaran, hanya kurang dari
            sepuluh orang saja yang direkrut oleh Harian
            Republika,” kenang Kak Syuli.  Selain itu,
            sebelumnya setiap peserta harus menyerahkan
            karangan dan mengikuti tahapan-tahapan
            yang lain, di antaranya wawancara.
               Prestasi kepenyiaran Kak Syuli tidak
            hanya berhenti sampai di situ. Ketika Kak
            Syuli menginjak kelas 3 SMA, Kak Syuli
            dinobatkan atau tercatat sebagai  Penyiar
            Termuda  Radio  Mustang.  Tangga-tangga
            itulah yang mengantarkan Kak Syuli hingga
            menjadi Penyiar Radio Hitz FM 96,7 FM dan
            Voice Talent Profesional – MC. Kelihatannya,
            ibu dari Amabelle Alsya Alanis ini sangat
            menikmani profesinya ini.  Tentu saja, ini
            menambah variasi profesi alumni MP yang kian
            beragam. “Saya sangat berterima kasih kepada
            Pak Dani  Wahyudi (guru bahasa Indonesia
            MI, Red.) yang telah mengajari saya dengan
            santai, humoris, menyenangkan, dan mudah
            dimengerti sehingga bekal keterampilan
            berbahasa Indonesia yang saya miliki begitu
            bermakna bagi profesi saya,” ucap Kak Syuli
            dengan tulus.
               Ibu muda nan cantik kelahiran Jakarta, 27
            Juli  1985  dan  merupakan  anak  sulung  dari


                                                                                            edisi 43isi 43 29

                                                                                            ed
   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36