Page 58 - Al Ashri edisi 46
P. 58
OPINI
pendidikan anak dalam keluarga. Sebagian ibu ialah wanita, ibu.... karena haribaan ibu, itulah
yang notabene adalah orang pertama yang manusia mendapatkan didikannya yang mula-
menjadi panutan anak, belum mampu mula sekali.” Itulah pentingnya seorang ibu
membimbing anak menjadi manusia yang terdidik bukan dalam artian profesi dan karir
berbudi pekerti luhur. Kebanyakan ibu pekerja saja. Fungsi ibu jauh lebih besar dari itu yaitu
di daerah perkotaan cenderung mementingkan mengawal pembentukan karakter anak dalam
karir dibanding pembentukan karakter anak. mewujudkan generasi-generasi bangsa yang
Seolah-olah makna perjuangan Kartini selesai handal dan berbudi luhur. Tentunya tanpa
pada taraf emansipasi wanita dan mengenyampingkan peranan sang ayah.
mengenyampingkan fungsi perempuan secara
Selama ini banyak orang tua berpikir bahwa
kodratnya. Fungsi perempuan sebagai ibu bagi
menyekolahkan anak-anaknya di sekolah bagus
anak-anaknya sering terhimpit oleh fungsi- dan mahal sudah cukup untuk menjadikan anak
fungsi sosial, politik dan karir. Banyak
mereka cerdas dan dapat bersaing dalam
perempuan yang sukses di bidang karir tetapi
kehidupan. Sekolah seolah-olah menjadi
tidak sukses dalam ranah domestik. Anak tempat “penitipan anak” dan guru bertanggung
terbengkalai, karakter anak bermasalah dan
jawab penuh terhadap sikap anak selama di
guru di sekolah kewalahan dengan beragam sekolah. Namun jika kita tilik, rasio antara guru
kasus kenakalan pelajar.
dan siswa di dalam kelas berkisar 1 banding 30
Banyak sekali kasus-kasus kenakalan dan dan waktu interaksi antara guru dan siswa rata-
perilaku menyimpang yang dialami para pelajar rata 8 jam sehari. Tentunya tanggung jawab
mulai anak usia dini hingga remaja. Guru sering membentuk karakter tidak bisa diserahkan
menemukan kasus anak-anak amoral—seperti kepada pihak sekolah seutuhnya. Dalam hal ini
merokok, berbicara kotor, bully, menonton dibutuhkan kerjasama dan komunikasi yang
video porno serta bersikap tidak sopan—pada intens antara orang tua dan guru di sekolah.
tingkat sekolah dasar. Kasus-kasus kenakalan Barulah pembentukan karakter anak dapat
pada remaja tentunya lebih kompleks. berjalan berkesinambungan.
Mengkonsumsi miras dan obat-obatan Selain itu, seorang perempuan khususnya
terlarang merupakan hal yang sudah “biasa” di
ibu tidak boleh berhenti belajar. Meskipun tidak
kalangan remaja. Badan Narkotika Nasional
ada sekolah khusus bagi ibu, ibu harus dapat
(BNN) pada tahun 2014 merilis, 22 persen belajar dari lingkungan. Banyak sekali sumber
pengguna narkoba di Indonesia merupakan
informasi yang bisa dijadikan referensi bagi ibu
remaja dan mahasiswa. Tidak hanya itu, seks
khususnya para ibu di perkotaan.
bebas dan tindakan aborsi juga marak di Menggunakan smartphone misalnya, beragam
kalangan remaja. Pusat Studi Kependudukan
informasi mudah diakses hanya dalam hitungan
dan Kebijakan (PSKK) Universitas Gadjah Mada
detik. Tentunya hal ini menjadi peluang
pada 2016 menyebutkan 58 persen remaja strategis terutama bagi kaum hawa untuk terus
perempuan yang hamil secara tidak diinginkan
belajar juga mengajarkan putra-putri mereka
berupaya menggugurkan kandungannya
agar menjadi generasi yang cerdas akademis,
dengan jalan aborsi. Pertanyaannya adalah ke bermental kokoh serta cerdas akhlak.
manakah peranan orang tua khususnya ibu
yang “terdidik” itu? Seorang ibu seyogyanya dapat menjadi
“guru” yang menginspirasi dalam keluarganya.
Ibu sebagai orang terdekat anak harus
Mari menjadi ibu yang peka, aktif dan peduli
kembali menjalankan peranannya. Sejalan pada pembentukan karakter anak-anak kita.
dengan pernyataan Kartini, ”Dan siapakah yang
Bukan berarti harus berhenti berkarir, akan
lebih banyak berusaha memajukan
tetapi sisakan pula waktu emas bagi sang buah
kesejahteraan budi itu... Siapakah yang dapat hati.
membantu mempertinggi derajat budi manusia
56 Al Ashri edisi 46