Page 15 - Al Ashri 47.cdr
P. 15
SENI budaya
orangtuaku? Mereka sudah tiada sejak aku kecil. Tapi TEEET!
aku tetap bisa merasakan kehadiran mereka di Suara bel memecahkan fokus dan perhatian orang-
sekitarku. orang di ruang lomba. Seorang yang memencet bel
Tim-ku menduduki tempat paling kanan yang itu menjawab dengan lantang "10 November 1954."
sudah ditetapkan oleh panitia. Babak final akan Selepas lomba, Anto menghampiriku.
berlangsung 5 menit lagi. Selagi menunggu, aku "Anjani, aku minta maaf soal perlakuanku
berkomat-kamit mengucapkan doa agar diberi yang terhadapmu," pinta Anto dengan lembut. Wajahnya
terbaik oleh Allah Swt. menunjukkan mimik rasa bersalah. "dan maaf telah
”Selamat datang para finalis lomba CPU tingkat meremehkanmu." Entah jin apa yang sedang
nasional masa periode 2017/2018!" suara MC merasuki tubuh Anto kali ini. Tiba-tiba Anto datang
menginterupsi seluruh gerakan dan suara orang yang kepadaku untuk meminta maaf?
berada di dalam ruangan perlombaan. "Kali ini saya "Ah lupakan saja, aku sudah memaafkanmu sejak
akan membacakan ketentuan dan penilaian lomba. lama. Kita tim bukan? Sudah seharusnya kita
Lomba ini akan dibagi menjadi 5 sesi. Yang pertama kompak!" jawabku dengan senyum mengembang.
sesi pertanyaan wajib...," aku mendengarkan dengan "Terima kasih Anjani telah membuat kita
seksama seluruh perkataan MC. menang!" tiba-tiba Vito datang menginterupsi
Perlangsungan lomba begitu sengit. Dan aku? dialogku dengan Anto.
Sejak tadi berusaha untuk bergabung berdiskusi. "Hei kalian! Bukan aku yang membuat menang!
Namun, Anto lagi-lagi memasang muka masam Tapi KITA! Ingat kita itu tim! Lomba antar tim bukan
padaku. Dari babak pertanyaan wajib, teka-teki antar individu!" terangku.
silang, sampai babak rebutan menyisakan skor akhir "ANJANI!" seru Bu Anggun dari kejauhan. "Ada
sekolahku dan SMPN Tarina mempunyai nilai yang telepon dari Bang Feri," ia memberikan ponselnya
sama. kepadaku.
"Bisa terlihat di papan skor. Mts Pembangunan "Assalamualaikum ada apa, Bang?" tanyaku masih
dan SMPN Tarina mempunyai skor yang sama yaitu dengan senyum melekat menghiasi wajahku.
2983. Tim panitia akan menambahkan pertanyaan Seketika aku menutup mulut tak percaya dengan
terakhir untuk menentukan juara 1 dan 2. Untuk jawaban Bang Feri. Aku terduduk lemas di ubin
pertanyaan kali ini jawaban benar bernilai 4 dan bewarna pucat. Mungkin bisa disamakan dengan
jawaban salah berkurang 4." Nampak antusias para wajahku kala itu.
suporter dan peserta meningkat. "Nenek kritis, Jan," itu kalimat terakhir yang
"Pertanyaan terakhir untuk penentuan juara 1 dan dijawab Bang Feri sebelum aku menutup telpon
juara 2. Siap ya semua..., pada tanggal berapakah secara sepihak.
Universitas Airlangga didirikan?" suara dari juri Alunan musik kafe terdengar samar sesaat karena
menggelegar memenuhi ruangan perlombaan. bunyi dering ponsel yang menginterupsi gerakan
Hening sejenak. mengetikku. Kulirik nama yang tertera di layar ponsel
"Waduh! Gimana nih, aku ga tau," Vito berseru yang sedikit berembun karena suasana di kafe cukup
panik sambil menggarukkan kepalanya yang tidak dingin dan hujan sedang turun.
gatal. "Om Bara," gumamku. Segera kuangkat ponsel
"Vito! Jangan menunjukkan ketidaktahuan kamu dengan tangan kananku dan menempelkannya di
kepada lawan! Tetap tenang dan jangan ceroboh," telinga.
ucap Anto. "Assalamualaikum Om, ada apa?" suara terengah-
Aku yang sejak tadi melamun, langsung teringat engah dari ujung ponsel membuatku mengerutkan
akan sesuatu."Tunggu! Airlangga? Ah...kok de javu?" kening. Kuyakin ada pertanda tak baik.
Aku teringat kembali saat aku menemukan artikel "Bang Feri, Anjani,"
koran Airlangga di jalan pulang sekolah. "Gimana keadaan Bang Feri?"
Tim lawan sedang berdiskusi sengit. Kulihat "Bang Feri kritis, Jan," aku merasa de javu. Satu
mereka saling mendebatkan pendapat satu sama kalimat yang membuat duniaku runtuh seketika.
lain. Ya, harus berhati-hati dalam mengambil Tanganku lemas. Air menggalir deras tanpa permisi
keputusan kali ini karena satu kecerobohan saja dari mata. Kuseka pipi dengan tangan kirku. Hal yang
dapat fatal akibatnya. Sedangkan kulihat Anto telah kutakutkan sejak lama terjadi lagi. Kehilangan
sedang berfikir keras dan berdiskusi dengan Vito. keluarga untuk yang kesekian kali. "Segera ke rumah
Entah Anto menganggapku ada atau tidak di tim ini. sakit, Anjani."
Aku pun menyikut Anto pelan dan berbisik. Aku akan segera ke rumah sakit. Untuk merayakan
"Hari Pahlawan Nasional tuh tanggal 10 ulang tahun terakhirku atau mungkin tidak bersama
November kan ya?" tanyaku memastikan. "Iya, keluarga dan mungkin mengucapkan salam
kenapa memangnya?" jawab Anto tanpa menoleh perpisahan terakhir yang akan memisahkan duniaku
sedikit pun kepadaku. dan dunianya?
Al Ashri edisi 47 13